17 November 2025 - 20:42
Source: Parstoday
The Economist: Harga Mahal yang Harus Dibayar Israel

Rezim Zionis Israel menganggap dirinya sebagai pemenang dalam perang Gaza, sementara kini menghadapi konsekuensi yang tak terelakkan. Mulai dari gelombang migrasi elit dan habisnya pasukan cadangan hingga krisis psikologis yang meluas di masyarakat. Perpecahan politik, terkikisnya kepercayaan publik, dan tekanan internasional merupakan biaya tersembunyi yang baru terungkap setelah dua tahun perang.

Menurut laporan FNA, The Economist mengkaji krisis tersembunyi di Wilayah Pendudukan dalam sebuah laporan.

Laporan ini menyatakan, "Setelah dua tahun perang di Gaza dan menunjukkan superioritas militer, Israel kini menghadapi biaya yang lebih berat daripada medan perang. Trauma yang meluas, pembangkangan sipil, terkikisnya kepercayaan publik, dan gelombang migrasi elit. Sementara pemerintahan Netanyahu menekankan kemenangan militer, ternyata indikator sosial dan kemanusiaan justru menurun."

Hadiah Nobel yang Hilang dalam Bayang-Bayang Perang

Dalam rezim kecil seperti Israel, menerima Hadiah Nobel biasanya merupakan sebuah perayaan. Namun, ketika Joel Mokyr memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi bulan lalu, beritanya hampir diabaikan di tengah hiruk pikuk peristiwa sehari-hari, karena bertepatan dengan pembebasan sandera terakhir yang masih hidup dari Gaza dan perundingan gencatan senjata. Terlebih lagi, Mokyr adalah seorang kritikus kabinet Israel saat ini, dan wajar jika kabinet Netanyahu mengabaikannya.

Para profesor Universitas Ibrani mengatakan ada alasan lain, Mokyr telah tinggal di Amerika Serikat selama lebih dari lima dekade. Mereka percaya bahwa ia adalah simbol dari fakta bahwa banyak elit ilmiah Israel menemukan peluang yang lebih baik di luar negeri. "Ketakutan akan brain drain" kini telah menjadi salah satu kekhawatiran terbesar dalam komunitas ilmiah Israel.

Perang Gaza; Pukulan Menyakitkan bagi Citra Israel di Dunia dan Internal

Serangan Hamas pada Oktober 2023 dan operasi besar-besaran Israel di Gaza tidak hanya mengubah pandangan dunia terhadap Israel, tetapi juga perasaan banyak orang Israel. Terlepas dari pencapaian di lapangan, masa depan politik dan keamanan Israel semakin tidak pasti.

Gencatan Senjata Gaza Rapuh dan Sementara

Tidak ada cakrawala yang jelas untuk kesepakatan baru dengan Palestina. Tekanan internasional dan stigmatisasi terhadap Israel semakin meningkat. Polarisasi domestik telah mencapai tingkat terparahnya dalam beberapa dekade. Dalam suasana seperti itu, banyak orang Israel, terutama elit sains, teknologi, dan medis, melihat masa depan Israel suram.

Gelombang Migrasi, Elit yang Pergi dan Tidak Kembali

Menurut statistik resmi, selama dekade terakhir, migrasi dari Israel hampir konstan, sekitar 40.000 orang per tahun. Namun dalam dua tahun terakhir:

Tahun 2023: Migrasi meningkat 50%, mencapai 59.365 orang.

Tahun 2024: Tahun pertama perang Gaza, angka ini melonjak menjadi 82.774 imigran.

Analisis demografi menunjukkan bahwa sebagian besar imigran adalah orang Yahudi yang datang ke Israel dari Rusia dan Ukraina dalam tiga tahun terakhir. Kelompok ini memandang Israel sebagai "tempat berlindung sementara" dan kembali pergi ketika perang meletus.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa masalah sebenarnya adalah hal lain. Migrasi kaum muda terdidik, dokter, dan profesional teknologi.

"Keunggulan teknologi dan ekonomi Israel hanya terletak pada 3 persen populasi, orang-orang yang dapat dengan mudah mencari pekerjaan di luar negeri," kata Dan Ben-David, ekonom di Universitas Tel Aviv.

Sektor teknologi menyumbang sekitar 59 persen ekspor Israel pada tahun 2024, sebuah sektor yang sensitif dan lincah yang menjadi tulang punggung perekonomian Israel.

Kerusuhan Domestik dan Friksi Sosial: dari Wajib Militer hingga Kemarahan Sekuler

Polarisasi domestik telah meningkat tajam dalam dua tahun terakhir. Kekuatan sekuler dan terpelajar, yang merupakan mayoritas elit teknologi dan akademis, lebih menentang kebijakan pemerintahan Netanyahu dibandingkan yang lain.

Lebih dari 300.000 prajurit cadangan dipanggil untuk perang Gaza, dan militer mengatakan bahwa bahkan pada tahun 2026, para prajurit cadangan itu harus bertugas selama dua bulan lagi. Sementara itu, komunitas ultra-Ortodoks, yang mencakup 14 persen dari populasi dan merupakan bagian penting dari koalisi Netanyahu, tetap dikecualikan dari wajib militer. Perbedaan ini telah memicu kemarahan banyak orang di kelas menengah dan akademisi.

Jenderal Benny Ben Ari memperingatkan bahwa militer harus memperhatikan "kelelahan para prajurit cadangan" dan kehancuran keluarga serta kehidupan ekonomi mereka.

Krisis Psikologis Nasional; Biaya Tersembunyi Perang

Selain tekanan ekonomi dan sosial, Israel kini bergulat dengan fenomena yang lebih luas, trauma dan masalah kesehatan mental di seluruh negeri.

Militer menyatakan 21 tentara bunuh diri pada tahun 2024, jumlah tertinggi sejak 2011.

Para psikolog mengatakan bahwa tingkat sebenarnya dari krisis ini meluas melampaui militer dan ke dalam masyarakat secara keseluruhan.

Kabinet Israel sejauh ini telah menghabiskan 1,9 miliar shekel ($550 juta) untuk kesehatan mental, tetapi para ahli mengatakan angka tersebut tidak proporsional dengan skala krisis.

“Berfokus pada trauma dan bunuh diri militer saja tidak cukup. Masyarakat Israel berada di ambang krisis kesehatan mental yang meluas,” kata Doron Sabti, seorang pekerja sosial.

“Yang akan tersisa setelah perang ini berakhir adalah masyarakat yang trauma,” seorang psikolog militer memperingatkan.

Masa Depan yang Tidak Jelas Setelah Kemenangan Militer

Sementara kabinet Israel berbicara tentang “kemenangan militer” dan “penangkalan,” indikator sosial, psikologis, dan demografis menunjukkan arah yang berbeda.

Meningkatnya imigrasi, menipisnya cadangan devisa, perpecahan ideologis, tekanan internasional, dan krisis kesehatan mental menggambarkan sebuah rezim yang membayar harga "kemenangan berdarah" dengan stabilitas domestiknya.

Israel tampaknya menghadapi pertanyaan ini lebih dari sebelumnya:

Sejauh mana superioritas militer dapat menggantikan stabilitas sosial dan kesehatan nasional?(sl)

Your Comment

You are replying to: .
captcha